Magang DBR Cake's

by - 20.20.00


Assalamu’alaikum, everybody! Aku mau cerita tentang pengalaman magangku kemarin, nih. Tapi, kayaknya kamu-kamu harus tahu dulu, apa itu magang? Jadi, magang adalah sebuah proses pelatihan mempersiapkan peserta latihan untuk mengambil jalur tindakan tertentu yang dilukiskan oleh teknologi dan organisasi tempat bekerja, dan membantu peserta memperbaiki prestasi dalam kegiatannya terutama mengenai pengertian dan keterampilan. Nah, kemarin, tanggal 26 Desember 2017, aku magang di DBR Cake’s bunda fiza. Rencananya, kami mau buat kue tart. Kalau kamu-kamu penasaran dengan kegiatan kami kemarin, ayo kita let’s go!
Pagi itu, jam 09.15 pagi, aku dan orang tuaku datang ke rumah Bunda Fiza untuk magang. Disana, ternyata beberapa teman-temanku sudah datang. Ada Kak Khansa, Rindu, Qiza, dan Bang Afif. Aku sempat mengira murid magang kali ini mungkin sekitar 15-20 orang. Tapi ternyata, setelah aku datang, datanglah Bang Yusuf. Wow, kali ini murid magangnya hanya 6 orang rupanya.

Kami disambut oleh Bunda Fiza. Saat itu, yang kukenal hanya Rindu. Lalu, aku berkenalan dengan Kak Khansa dan Qiza. Setelah itu, orang tuaku pulang.

Bunda Fiza mulai memperkenalkan diri. Setelah itu, ia berkata ia akan membagi tugas untuk kami berenam. Bunda Fiza bertanya siapa yang akan mengambil barang-barang membuat kue, Rindu dan Bang Yusuf langsung menawarkan diri. Lalu, Bunda Fiza menyuruhku dan Kak Khansa untuk membantunya mengelap alat-alat yang akan dipakai nanti.

Setelah mengelap alat, aku dan Kak Khansa membawa alat yang sudah dilap ke ruang tengah. Lalu, Bunda Fiza memintaku untuk membantunya mencuci telur.


Aku sempat bingung, apa maksudnya mencuci telur? Mencuci telur yang sudah dimasak kah? Ye, kan nggak mungkin. Ternyata, yang dicuci itu telur yang masih utuh, dalam artian telurnya belum digoreng, belum direbus, pokoknya belum diapa-apakan.

Lalu, aku bertanya, “Bunda, kenapa telurnya harus dicuci dulu?” habis, kalau di rumah, telur yang mau dimasak kayaknya enggak dicuci lagi hehe.

Bunda menjawab, karena telur itu baru diperam oleh ayam, jadi telurnya harus dicuci, supaya bakteri dan kuman yang ada pada ayam tidak menempel pada telur. Setelah mencuci telur, Bunda Fiza merebus telur sebentar.

Telur selesai direbus, Bunda Fiza dan aku membawa telur-telur itu ke ruang tengah. Sebelumnya, telur yang baru direbus sudah dilap terlebih dahulu. Ternyata, di ruang tengah, teman-temanku yang lain sedang menakar bahan-bahan kue. Contohnya tepung, cokelat bubuk, margarin, pengembang kue, dan lain-lain.


Sementara yang lainnya menakar bahan, aku dan Kak Khansa mengupas buah-buahan yang kata Bunda Fiza, akan diperlukan saat kami menghias kue. Aku memotong mangga, kak Khansa memotong buah naga. Karena aku tak terlalu pintar memotong buah, Rindu menawarkan untuk memotong mangga. Ia tampak gugup, karena katanya, baru kali ini ia memegang pisau.


Setelah semua bahan selesai ditakar, Bunda mencampur semua bahan kue, lalu menantang kami berenam untuk memecahkan telur, memasukkan kuning dan putih telur pada adonan tanpa memasukkan cangkang telur. Wah, disinilah tampak mana murid yang sering memasak telur di rumah J 

Bunda Fiza menghidupkan mixer, lalu bertanya pada kami berenam, siapa yang mau duluan untuk me-mixer adonan kue. Kami berenam bergiliran me-mix kue. Bang Yusuf dan Rindu terlihat paling semangat.



Adonan kue selesai di mix, Bunda Fiza memisahkannya menjadi dua adonan pada loyang. Bunda memasukkan adonan pada oven. Sambil menunggu kue matang, kami mempunyai waktu untuk beristirahat dan mengobrol ria. Karena jam sudah menunjukkan pukul 12.30, kami langsung makan siang.

Aku dan Kak Khansa memilih untuk makan siang di teras. Bunda Fiza dan Umi Esti makan di ruang tengah bersama yang lainnya. Aku dan Kak Khansa menyantap makan siang sembari mengobrol tentang apaa … saja. Kadang-kadang, kami membicarakan boyband dan girlband Korea, berhubung Kak Khansa sangat suka pada Korea.


Setelah makan siang, kami bergerak shalat dzuhur. Selesai shalat, kami dipanggil oleh Bunda untuk membuat butter cream. Kami membuat butter cream dengan riang, lalu bergantian mengaduk butter cream dengan tehnik yang sudah diajarkan oleh Bunda.

Selesai membuat butter cream, hmmm, inilah saatnya! Kami berkreasi dengan kue. Bunda Fiza mengusulkan membuat kue dengan butter cream di seluruhnya, atau membuat kue dengan topping buah-buahan. Bunda Fiza juga mengusulkan bentuk kue, bentuk segi empat atau berbentuk kupu-kupu. Karena berhubung ide-ide anak muridnya ini banyak, akhirnya Bunda membentuk dua kelompok. Satu kelompok berencana membuat kue kupu-kupu dengan butter cream, dan satu kelompoknya lagi membuat kue segiempat dengan topping buah-buahan.

Kelompok kue buah, yang beranggotakan aku, Rindu, dan Kak Khansa mulai merapikan bentuk kue. Lalu, kami bertiga bergiliran melapisi kue dengan butter cream putih. Kadang, kami bertiga tertawa terbahak, menertawakan sesuatu yang terjadi secara tidak sengaja.


Sedangkan kelompok kue kupu-kupu, yang beranggotakan Bang Yusuf, Bang Afif dan Qiza, mulai merapikan bentuk kue. Bang Yusuf tanpa ragu membentuk kue berbentuk kupu-kupu tanpa bantuan penggaris. Tampaknya, membentuk kue berbentuk kupu-kupu itu sulit, karena menurutku, dari bentuknya saja sudah kelihatan sukarnya membentuk kue.


Setelah kelompokku ‘berhasil’ mengoles butter cream pada seluruh permukaan kue, Bunda Fiza langsung mencairkan cokelat. Karena rencananya, pada tepi kue nanti, kami akan menempel cokelat pagar. Selesai mencairkan cokelat, Bunda mencetaknya pada cetakan cokelat. Kami langsung memasukkan cokelat cair tadi ke freezer agar cepat dingin.

Setelah bolak-balik mencetak cokelat sampai tiga kali, dan diselingi oleh tingkah kami mencomot cokelat-cokelat ‘gagal’ (cokelat yang patah ataupun jelek bentuknya), kami menempelkan cokelat itu pada tepi kue. Aku bertugas untuk merapikan bentuk cokelat, sedangkan Rindu dan Kak Khansa menempelkan cokelat pada tepi kue yang sudah dioles butter cream.

Kelompok kupu-kupu sudah bergerak lebih cepat, mereka sedang menghias permukaan kue dengan hiasan ‘khas’ kupu-kupu.

Siap menempel cokelat, kami tinggal menghias buah di permukaan kue! Kami berunding tentang letak buah nantinya. Setelah sepakat akan letak buah, kami bertiga mulai menghias kue dengan buah. Kami sepakat menghias pinggiran kue dengan buah naga, diantara potongan buah naga kami menaburkan potongan mangga. Pada bagian tengah kue, kami meletakkan empat iris buah anggur, lalu di tengah-tengahnya kami meletakkan anggur yang sudah ditancapkan cokelat.

Sebagai finishing touch, Kak Khansa mengikat kue dengan pita. Finally! Jadi juga kue buatan kami, setelah setengah hari jungkir balik buatnya *halah, bahasanya


Kelompok kupu-kupu sedang sibuk menghias tepian kue dengan totol-totol kecil butter cream. Bang Afif dan Bang Yusuf sudah mengangkat tangan, menyerah. Dan, sebagai pelarian dari tugas membuat totol butter cream, Bang Yusuf menawarkan diri untuk mencuci piring. Aku hanya mengangkat alis, karena tak yakin itu pelarian yang tepat. Bang Afif turun tangan membantu Bang Yusuf.

Beruntung, kue kupu-kupu mereka masih dihias dengan telaten oleh Qiza. Aku tahu, betapa pegalnya dan betapa harus bersabarnya jika membuat totol kecil dengan butter cream. 

Dan akhirnya, Qiza selesai menghias kue! Horee, sekarang kedua kue sudah selesai! Sayangnya, di dapur, Bang Yusuf dan Bang Afif masih sibuk dengan piring kotor. Hm, sudah kukira itu bukan pelarian yang tepat, tapi itu penting juga sih. Cuma sedikit dapat bonus capeknya aja.


Jam menunjukkan pukul 16.05 saat orangtua kami datang untuk menjemput. Sekalian orangtua kami melihat hasil kue kami, hehehe. Setelah orangtua mengobrol sebentar, dan setelah berfoto-foto, kami membagi kue sampai 6 potong.

Kue selesai dipotong, kami pun pulang! Horee, betapa mengasyikkan dan betapa melelahkannya kegiatan kami hari itu. Tapi setidaknya, kue yang kami buat itu rasanya enak dan tampilannya bagus, Alhamdulillah ya, hehe.

Oke guys, sekian ceritanya hari ini, assalamu’alaikum!
            

You May Also Like

2 Comments